Senin, 21 Oktober 2024

Cara Mendeskripsikan Capaian Raport Kurikulum Merdeka

Pelaporan hasil penilaian atau asesmen dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar, yang berupa laporan hasil belajar, yang disusun berdasarkan pengolahan hasil Penilaian. Laporan hasil belajar paling sedikit memberikan informasi mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik. Satuan pendidikan perlu melaporkan hasil belajar dalam bentuk rapor. (PPA 2024, hal 59)

Deskripsi capaian kompetensi peserta didik berisi informasi tentang kompetensi yang sudah dicapai dan kompetensi yang perlu ditingkatkan. Deskripsi ditulis menggunakan kalimat positif dan memotivasi. Deskripsi ini berdasarkan capaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan per mata pelajaran. (PPA 2024, hal 59). Dalam penyusunan deskripsi capaian kompetensi, pendidik harus mengidentikasi capaian kompetensi tertinggi dan terendah.

Jika dikaitkan dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP), terdapat aturan dalam PPA 2024 halaman 48 sbb: Para pendidik menyepakati bahwa rentang nilai 0-55 belum masuk kategori ketercapaian dan 56-100 sudah masuk kategori ketercapaian. Penentuan rentang angka ini dapat merujuk pada BAB III. Sebelum menyepakati rentang nilai, pendidik terlebih dahulu menentukan kriteria/indikator ketercapaian tujuan pembelajaran. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa Pendidik membuat kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, bukan hanya berupa angka.

Berdasarkan kategori tersebuat satuan pendidikan dapat membuat interval peneskripsian capaian hasil belajar raport kurikulum merdeka sbb:

Setidaknya ada 4 gradasi dalam mendeskripsikan capaian pembelajaran, sbb:
  • Menunjukkan penguasaan yang sangat baik
  • Menunjukkan penguasaan yang baik
  • Menunjukkan penguasaan yang kurang baik
  • Perlu pendampingan/bimbingan
Implementasinya dalam aplikasi nilai raport sbb:
Maka dekripsiknya sebagai berikut;

Contoh pendeskripsian yang kurang tepat dan dapat melemahkan motivasi belajar peserta didik.

Kekeliruan yang nyata, capaian nilai 99 muncul deskripsi membutuhkan bimbingan, padahal capaian nilai 99 itu nilai tertingginya adalah 100 dan nilai terendahnya 98. 

Semoga Bermanfaat.
Bacaan lainnya:

Aplikasi Raport Kurikulum Merdeka

Aplikasi Raport dikembangkan berdasarpan Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka tahun 2024. 



Aplikasi Raport Projek P5 Kurikulum Merdeka

Aplikasi Raport Projeck dikembangkan berdasarpan Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022/2024. 

Aplikasi Supervisi Akademik Kurikulum Merdeka

Aplikasi ini bersifat Online Ofline. Maknanya, proses pengumpulan data dikemas pada kuosioner online, sehingga kepala sekolah maupun tim supervisor cukup menggunakan HP Smartphone untuk melakukannya. 

Terima Kasih

Minggu, 13 Oktober 2024

5 Pustaka Digital Penting untuk Literasi


Pustaka digital adalah koleksi buku, artikel, jurnal, dan bahan bacaan lain yang disimpan dalam format digital dan dapat diakses melalui perangkat elektronik seperti komputer, tablet, atau smartphone. Keunggulan pustaka digital adalah kemampuannya untuk menyediakan akses cepat dan mudah ke sejumlah besar sumber daya tanpa batasan fisik seperti ruang penyimpanan atau lokasi geografis.

Pustaka digital juga sering dilengkapi dengan fitur pencarian yang memudahkan pengguna untuk menemukan informasi spesifik dengan lebih efisien. Selain itu, pustaka digital memungkinkan banyak pengguna untuk mengakses bahan bacaan yang sama secara bersamaan, yang tidak mungkin dilakukan dengan pustaka fisik tradisional.

1. Literacy Cloud

Literacy Cloud adalah sebuah platform yang dikembangkan oleh Room to Read, sebuah organisasi yang berdedikasi untuk meningkatkan literasi dan kesetaraan gender dalam pendidikan secara global. Platform ini menyediakan akses ke koleksi besar buku cerita anak-anak berkualitas tinggi dalam berbagai bahasa. Literacy Cloud dirancang untuk mendukung pembaca muda dan guru dengan menawarkan berbagai buku cerita asli dan menarik yang sesuai dengan berbagai tingkat membaca dan minat.

2. Let's Read 
Let's Read adalah sebuah inisiatif dari The Asia Foundation yang bertujuan untuk meningkatkan akses literasi anak-anak di Asia. Platform ini menyediakan ribuan buku cerita anak-anak yang dapat diakses secara gratis dalam berbagai bahasa lokal. Buku-buku di Let's Read dirancang untuk menarik minat anak-anak dengan ilustrasi yang menarik dan cerita yang menginspirasi.

Let's Read juga mendukung penerbitan buku-buku cerita dalam bahasa-bahasa yang kurang terwakili, membantu mempromosikan literasi di komunitas yang mungkin tidak memiliki banyak sumber daya literasi. Dengan akses digital, anak-anak dapat dengan mudah membaca buku favorit mereka kapan saja dan di mana saja.

3. PiBo
PiBo adalah sebuah platform digital yang menyediakan koleksi buku cerita anak-anak dalam bentuk digital. PiBo menawarkan berbagai buku cerita yang dihiasi ilustrasi menarik dan gambar dalam setiap halamannya. Platform ini bertujuan untuk mendorong minat membaca anak-anak melalui cerita yang menyenangkan dan menginspirasi.

PiBo juga menyediakan program literasi yang dirancang untuk PAUD dan kelas 1 hingga 6, membantu anak-anak mengembangkan keterampilan literasi melalui keajaiban buku cerita. Dengan PiBo, anak-anak dapat mengakses berbagai buku cerita kapan saja dan di mana saja, tanpa perlu pergi ke perpustakaan fisik.

4. IPusnas
iPusnas adalah aplikasi perpustakaan digital yang dikelola oleh Badan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). iPusnas menyediakan koleksi besar buku dalam format digital yang dapat diakses secara gratis. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membaca buku secara daring (online) maupun luring (offline).

Beberapa fitur unggulan iPusnas meliputi:
  • Koleksi Buku: Pengguna dapat menjelajahi ribuan judul ebook dan memilih buku yang ingin dibaca.
  • ePustaka: Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengelola koleksi buku digital mereka.
  • Fitur Sosial: iPusnas juga dilengkapi dengan fitur-fitur media sosial yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, memberikan rekomendasi buku, dan berbagi ulasan.
Aplikasi ini dirancang untuk meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas membaca bagi masyarakat luas.
klik tautan: https://ipusnas.id/

5. SIBI
SIBI (Sistem Informasi Perbukuan Indonesia) adalah platform digital yang dikelola oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. SIBI menyediakan berbagai buku teks pelajaran sekolah dalam berbagai bentuk seperti PDF, audio, dan interaktif. Platform ini bertujuan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang lebih modern dan efektif.

Beberapa fitur utama SIBI meliputi:
  • Koleksi Buku: Pengguna dapat mengakses ribuan judul buku teks pelajaran dalam format digital.
  • ePustaka: Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengelola koleksi buku digital mereka.
  • Pembinaan dan Pelatihan: SIBI juga menyediakan informasi terkait program pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pelaku perbukuan.
  • Penilaian Buku: Platform ini memantau hasil penilaian buku terbaru dan terkurasi secara akurat, yang dapat dimanfaatkan untuk pengadaan buku dalam ruang lingkup dana BOS.
  • Informasi Kebijakan: Pengguna dapat mengakses informasi mengenai daftar undang-undang, pemendikbud, dan keputusan menteri terkait perbukuan.
SIBI dirancang untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas bahan ajar di Indonesia.

Semoga Bermanfaat.
Bacaan lainnya:

Aplikasi Raport Kurikulum Merdeka

Aplikasi Raport dikembangkan berdasarpan Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka tahun 2024. 



Aplikasi Raport Projek P5 Kurikulum Merdeka

Aplikasi Raport Projeck dikembangkan berdasarpan Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022/2024. 

Aplikasi Supervisi Akademik Kurikulum Merdeka

Aplikasi ini bersifat Online Ofline. Maknanya, proses pengumpulan data dikemas pada kuosioner online, sehingga kepala sekolah maupun tim supervisor cukup menggunakan HP Smartphone untuk melakukannya. 

Terima Kasih

Jumat, 04 Oktober 2024

Mekanisme Kenaikan Kelas


Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan kelas. Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata pelajaran, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler serta prestasi lain selama 1 (satu) tahun ajaran. 

Dalam proses penentuan peserta didik tidak naik kelas, perlu dilakukan musyawarah antara pendidik, yang mempertimbangkan keseluruhan proses belajar peserta didik serta pendampingan oleh pendidik dari awal tahun ajaran, sehingga opsi tidak naik kelas menjadi pilihan paling akhir.

Untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dapat berdasarkan penilaian sumatif. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik untuk kenaikan kelas dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik menjadi salah satu praktik yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka.

Penggunaan fase dalam Capaian Pembelajaran adalah salah satu alasan mengapa peserta didik dapat terus naik kelas bersama teman-teman sebayanya meskipun ia dinilai belum sepenuhnya mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam Capaian Pembelajaran di fase sebelumnya atau tujuan pembelajaran yang ditargetkan untuk dicapai pada kelas tersebut.

Pembelajaran dilaksanakan sesuai tahap capaian peserta didik (teaching at the right level). Setiap peserta didik mempelajari tujuan pembelajaran yang sama dalam setiap pertemuan, namun bagi peserta didik yang tidak dapat mencapai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran perlu ditindaklanjuti dengan memberikan pendampingan tambahan, pendampingan ini dilakukan dari awal dan selama proses pembelajaran. Harapannya tidak ada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran pada batas waktu yang ditentukan satuan pendidikan.

Apabila terdapat tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang tidak tercapai sampai saatnya kenaikan kelas, maka pada rapor peserta didik tersebut dituangkan nilai aktual yang dicapai dan dideskripsikan bahwa peserta didik tersebut masih memiliki tujuan pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti di kelas berikutnya.

Opsi tidak naik kelas, harus dilakukan dengan sangat hati hati, dengan tujuan untuk membantu mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik. Hal ini dilakukan karena mengulang semua pelajaran yang sama selama satu tahun tidak membuat peserta didik memiliki kemampuan akademik yang setara dengan teman-temannya, bahkan lebih rendah. Peserta didik tersebut membutuhkan pendekatan atau strategi belajar yang berbeda, bantuan belajar yang lebih intensif, dan waktu yang lebih panjang.

Dalam hal terjadi kasus luar biasa, jika terdapat banyak mata pelajaran yang tidak tercapai oleh peserta didik dan/atau terkait isu sikap dan karakter peserta didik, maka satuan pendidikan dapat menetapkan tidak naik kelas. Namun demikian, keputusan ini sebaiknya dipertimbangkan dengan sangat hati-hati mengingat dampaknya terhadap kondisi psikologis peserta didik.

Dengan demikian, kebijakan tidak naik kelas adalah kebijakan yang tidak efisien. Peserta didik harus mengulang semua mata pelajaran untuk jangka waktu satu tahun penuh, padahal mungkin bukan itu yang menjadi kebutuhan belajar mereka. Berikut ini adalah contoh-contoh isu yang biasanya menjadi faktor pendorong keputusan tidak naik kelas, serta alternatif solusi yang lebih sesuai dengan perkembangan dan kesejahteraan (well-being) peserta didik.




Semoga Bermanfaat.

Pengolahan Hasil Asesmen


1. Mengolah Hasil Asesmen dalam Satu Tujuan Pembelajaran
Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen tujuan pembelajaran peserta didik.

Contoh:
Pendidik telah melaksanakan asesmen untuk salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran IPAS Fase C: Menyelidiki ragam sumber energi yang dapat dimanfaatkan di lingkungan sekitar, dengan indikator terdiri atas:
  1. 1. mampu menguraikan manfaat sumber energi; dan
  2. 2. mampu menjelaskan ragam sumber energi alternatif.
Indikator 1 dan 2 menggunakan teknik tes tertulis dan essay. Hasil asesmen sumatif peserta didik dipetakan ke dalam 4 kualitas, yaitu: 1) perlu bimbingan; 2) cukup; 3) baik; dan 4) sangat baik.

Pendidik menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran pada kualitas yang diyakininya, misalkan pada kualitas cukup, peserta didik dianggap telah mencapai kriteria ketercapaian kompetensi. Adapun pengolahan hasil asesmen tujuan pembelajaran dapat disajikan seperti dalam tabel berikut ini.
2. Mengolah Hasil Asesmen dari Beberapa Tujuan Pembelajaran Menjadi Nilai Akhir 

Capaian belajar peserta didik menjadi bahan yang diolah menjadi nilai akhir mata pelajaran dalam kurun waktu pelaporan (biasanya satu semester). Untuk mendapatkan nilai akhir mata pelajaran tersebut, data kuantitatif langsung diolah, sedangkan untuk deskripsi, pendidik dapat memberikan penjelasan mengenai kompetensi yang sudah dikuasai peserta didik, dan kompetensi yang belum dikuasai, serta dapat ditambahkan tindak lanjut secara ringkas bila ada.

Contoh: Para pendidik menyepakati bahwa rentang nilai 0-55 belum masuk kategori ketercapaian dan 56-100 sudah masuk kategori ketercapaian. Penentuan rentang angka ini dapat merujuk pada BAB III. Sebelum menyepakati rentang nilai, pendidik terlebih dahulu menentukan kriteria/indikator ketercapaian tujuan pembelajaran. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa Pendidik membuat kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, bukan hanya berupa angka.

Pengolahan Nilai Raport.
Pengolahan nilai dalam panduan ini menggunakan tiga opsi yaitu pembobotan, persentase dan rata-rata. Opsi pembobotan dan persentase dipilih dengan ketentuan materi pembelajaran bersifat progresif, atau berkaitan langsung.



Menyusun Deskripsi Capaian Kompetensi pada Rapor;

Dalam penyusunan deskripsi capaian kompetensi, pendidik harus mengidenti
kasi capaian kompetensi tertinggi dan terendah. Untuk melihat capaian kompetensi tertinggi ditandai dengan warna hijau dan capaian kompetensi terendah ditantai dengan warna merah.

Berdasarkan contoh pendeskripsian di atas, capaian nilai 85 di deskripsikan sebagai Menunjukkan penguasaan yang baik, sementara capaian nilai 60 dideskripsikan sebagai Perlu pendampingan

Setidaknya ada 4 gradasi dalam mendeskripsikan capaian pembelajaran, sbb:
  1. Menunjukkan penguasaan yang sangat baik
  2. Menunjukkan penguasaan yang baik
  3. Menunjukkan penguasaan yang kurang baik
  4. Perlu pendampingan/bimbingan
Implementasinya dalam aplikasi nilai raport sbb:

Contoh implementasi dalam aplikasi nilai raport:

Contoh yang keliru dalam implementasi pada aplikasi nilai raport:

Kekeliruan yang nyata, capaian nilai 99 muncul deskripsi membutuhkan bimbingan, padahal capaian nilai 99 itu nilai tertingginya adalah 100 dan nilai terendahnya 98. 

Semoga Bermanfaat.

Rabu, 02 Oktober 2024

6 Facet Pemahaman menurut Tighe dan Wiggins


Bentuk Pemahaman dalam Capaian Pembelajaran
Prinsip penyusunan CP menggunakan pendekatan konstruktivisme yang membangun pengetahuan dan berdasarkan pengalaman nyata dan kontekstual. Menurut teori belajar konstruktivisme (constructivist learning theory), pengetahuan bukanlah kumpulan atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah untuk diingat.

Konsep “memahami” dalam CP dalam konstruktivisme adalah proses membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata. Pemahaman tidak bersifat statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan sepanjang siswa mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memodififikasi pemahaman sebelumnya.

Jika mengacu kepada teori konstruktivisme, kemampuan memahami ada di level paling tinggi. Berbeda jika mengacu pada Taksonomi Bloom yang menempatkan kemampuan memahami di level C2.

Enam aspek pemahaman (Wiggins and Tighe, 2005) merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam CP. Tapi tidak harus hirarkis.

6 Aspek/Facet Pemahaman ini merupakan modal untuk menentukan Tujuan Pembelajaran (TP), menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP),  menentukan asesmen, dan instruksi yang tepat. 6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan cara atau indikator untuk mengkonfirmasi pemahaman siswa atas apa yang telah mereka pelajari. 6 aspek ini tidak hirarkis/bukan merupakan siklus.  

Tighe dan Wiggins, dua tokoh terkemuka dalam bidang pendidikan, telah mengembangkan sebuah kerangka kerja yang disebut "6 Facet Pemahaman". Kerangka ini memberikan panduan bagi pendidik untuk memahami secara mendalam apa artinya "memahami" suatu konsep atau materi pelajaran. Kemampuan memahami tidak hanya sebatas menghafal fakta, tetapi juga melibatkan proses kognitif yang lebih kompleks.

Berikut adalah keenam facet pemahaman tersebut:

  1. Penjelasan (Explanation):

  • Kemampuan untuk menjelaskan suatu ide, konsep, atau proses dengan kata-kata mereka sendiri.

  • Mampu memberikan alasan, cara, atau prosedur.

  • Menjelaskan sebuah teori menggunakan data yang relevan.

  • Melibatkan kemampuan untuk menghubungkan berbagai topik, mendemonstrasikan hasil kerja, dan menjelaskan alasan di balik suatu fenomena.

  • Contoh: Menjelaskan proses fotosintesis dengan menggunakan diagram dan kata-kata sendiri.


  1. Interpretasi (Interpretation):

  • Kemampuan untuk memahami makna yang tersirat dalam suatu informasi, baik itu teks, gambar, atau situasi.

  • Mampu membuat inferensi dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.

  • Memahami simbolisme dan makna kontekstual.

  • Kemampuan siswa untuk memahami makna yang lebih dalam dari suatu informasi atau teks.

  • Melibatkan kemampuan untuk membuat inferensi, menganalisis, dan mengevaluasi.

  • Contoh: Menganalisis sebuah puisi dan menjelaskan makna simbol-simbol yang digunakan.


  1. Aplikasi (Application):

  • Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi yang baru atau berbeda.

  • Mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah.

  • Melihat keterkaitan antara teori dengan praktik.

  • Kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi baru atau masalah yang belum pernah dihadapi sebelumnya.

  • Melibatkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan secara praktis.

  • Contoh: Menggunakan rumus matematika untuk menyelesaikan soal cerita yang berbeda-beda.


  1. Perspektif (Perspective):

  • Kemampuan untuk melihat suatu masalah atau isu dari berbagai sudut pandang.

  • Mampu mempertimbangkan perspektif orang lain yang berbeda.

  • Memahami konteks sosial dan budaya yang mempengaruhi suatu fenomena.

  • Melibatkan kemampuan untuk memahami perspektif orang lain, mengidentifikasi bias, dan mengevaluasi argumen.

  • Contoh: Menganalisis sebuah peristiwa sejarah dari sudut pandang berbagai kelompok yang terlibat.


  1. Empati (Empathy):

  • Kemampuan untuk memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain.

  • Mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.

  • Menghargai keberagaman dan perbedaan.

  • Kemampuan siswa untuk memahami dan merasakan emosi orang lain.

  • Melibatkan kemampuan untuk berempati dengan karakter dalam sebuah cerita atau dengan orang-orang yang berbeda dari mereka.

  • Contoh: Memahami perasaan tokoh utama dalam sebuah novel.


  1. Pengenalan Diri (Self-Knowledge):

  • Memahami kekuatan dan kelemahan dalam belajar.

  • Mampu mengatur strategi belajar yang efektif.

  • Kemampuan siswa untuk merefleksikan proses belajar mereka sendiri.

  • Melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta menetapkan tujuan pembelajaran.

  • Contoh: Menulis jurnal refleksi tentang apa yang telah dipelajari dan bagaimana cara meningkatkan pemahaman.

Mengapa 6 Facet ini Penting?

  • Pembelajaran yang Mendalam: Membantu siswa untuk membangun pemahaman yang bermakna dan tahan lama.

  • Keterampilan Abad 21: Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan komunikasi yang sangat dibutuhkan di dunia saat ini.

  • Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa: Memungkinkan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri.

Penerapan dalam Pembelajaran

Untuk menerapkan 6 Facet Pemahaman dalam pembelajaran, guru dapat:

  • Mendesain tugas yang menantang: Memberikan tugas yang menuntut siswa untuk menjelaskan, menginterpretasi, dan menerapkan pengetahuan mereka.

  • Menggunakan berbagai sumber belajar: Memanfaatkan berbagai sumber seperti teks, gambar, video, dan pengalaman nyata untuk memperkaya pemahaman siswa.

  • Memfasilitasi diskusi: Menciptakan ruang bagi siswa untuk berbagi ide dan perspektif mereka.

  • Mendorong refleksi: Membantu siswa untuk merefleksikan proses belajar mereka dan menetapkan tujuan pembelajaran yang lebih tinggi.

Contoh Penerapan dalam Pembelajaran:

  • Penjelasan: Setelah mempelajari sejarah Perang Dunia II, siswa diminta untuk menjelaskan penyebab perang tersebut dengan menggunakan diagram sebab-akibat.

  • Interpretasi: Siswa diminta untuk menganalisis sebuah puisi dan menjelaskan makna simbol-simbol yang digunakan oleh penyair.

  • Aplikasi: Siswa diminta untuk merancang sebuah eksperimen untuk menguji suatu hipotesis dalam pelajaran sains.

  • Perspektif: Siswa diminta untuk berdebat tentang suatu isu kontroversial, dengan masing-masing siswa mewakili perspektif yang berbeda.

  • Empati: Siswa membaca novel tentang kehidupan seseorang dengan disabilitas dan diminta untuk menulis jurnal refleksi tentang pengalaman mereka

  • Pengenalan Diri: Siswa diminta untuk membuat portofolio yang berisi refleksi tentang perjalanan belajar mereka sepanjang semester.


Contoh dalam asesmen:

Semoga Bermanfaat.
Bacaan lainnya:

Aplikasi Raport Kurikulum Merdeka

Aplikasi Raport dikembangkan berdasarpan Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka tahun 2024. 



Aplikasi Raport Projek P5 Kurikulum Merdeka

Aplikasi Raport Projeck dikembangkan berdasarpan Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022/2024. 

Aplikasi Supervisi Akademik Kurikulum Merdeka

Aplikasi ini bersifat Online Ofline. Maknanya, proses pengumpulan data dikemas pada kuosioner online, sehingga kepala sekolah maupun tim supervisor cukup menggunakan HP Smartphone untuk melakukannya. 

Terima Kasih


Cara Mendeskripsikan Capaian Raport Kurikulum Merdeka

Pelaporan hasil penilaian atau asesmen dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar, yang  berupa laporan hasil belajar, yang disusun be...