Tighe dan Wiggins, dua tokoh terkemuka dalam bidang pendidikan, telah mengembangkan sebuah kerangka kerja yang disebut "6 Facet Pemahaman". Kerangka ini memberikan panduan bagi pendidik untuk memahami secara mendalam apa artinya "memahami" suatu konsep atau materi pelajaran. Kemampuan memahami tidak hanya sebatas menghafal fakta, tetapi juga melibatkan proses kognitif yang lebih kompleks.
Berikut adalah keenam facet pemahaman tersebut:
Penjelasan (Explanation):
Kemampuan untuk menjelaskan suatu ide, konsep, atau proses dengan kata-kata mereka sendiri.
Mampu memberikan alasan, cara, atau prosedur.
Menjelaskan sebuah teori menggunakan data yang relevan.
Melibatkan kemampuan untuk menghubungkan berbagai topik, mendemonstrasikan hasil kerja, dan menjelaskan alasan di balik suatu fenomena.
Contoh: Menjelaskan proses fotosintesis dengan menggunakan diagram dan kata-kata sendiri.
Interpretasi (Interpretation):
Kemampuan untuk memahami makna yang tersirat dalam suatu informasi, baik itu teks, gambar, atau situasi.
Mampu membuat inferensi dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.
Memahami simbolisme dan makna kontekstual.
Kemampuan siswa untuk memahami makna yang lebih dalam dari suatu informasi atau teks.
Melibatkan kemampuan untuk membuat inferensi, menganalisis, dan mengevaluasi.
Contoh: Menganalisis sebuah puisi dan menjelaskan makna simbol-simbol yang digunakan.
Aplikasi (Application):
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi yang baru atau berbeda.
Mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah.
Melihat keterkaitan antara teori dengan praktik.
Kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi baru atau masalah yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Melibatkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan secara praktis.
Contoh: Menggunakan rumus matematika untuk menyelesaikan soal cerita yang berbeda-beda.
Perspektif (Perspective):
Kemampuan untuk melihat suatu masalah atau isu dari berbagai sudut pandang.
Mampu mempertimbangkan perspektif orang lain yang berbeda.
Memahami konteks sosial dan budaya yang mempengaruhi suatu fenomena.
Melibatkan kemampuan untuk memahami perspektif orang lain, mengidentifikasi bias, dan mengevaluasi argumen.
Contoh: Menganalisis sebuah peristiwa sejarah dari sudut pandang berbagai kelompok yang terlibat.
Empati (Empathy):
Kemampuan untuk memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain.
Mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.
Menghargai keberagaman dan perbedaan.
Kemampuan siswa untuk memahami dan merasakan emosi orang lain.
Melibatkan kemampuan untuk berempati dengan karakter dalam sebuah cerita atau dengan orang-orang yang berbeda dari mereka.
Contoh: Memahami perasaan tokoh utama dalam sebuah novel.
Pengenalan Diri (Self-Knowledge):
Memahami kekuatan dan kelemahan dalam belajar.
Mampu mengatur strategi belajar yang efektif.
Kemampuan siswa untuk merefleksikan proses belajar mereka sendiri.
Melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta menetapkan tujuan pembelajaran.
Contoh: Menulis jurnal refleksi tentang apa yang telah dipelajari dan bagaimana cara meningkatkan pemahaman.
Mengapa 6 Facet ini Penting?
Pembelajaran yang Mendalam: Membantu siswa untuk membangun pemahaman yang bermakna dan tahan lama.
Keterampilan Abad 21: Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan komunikasi yang sangat dibutuhkan di dunia saat ini.
Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa: Memungkinkan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri.
Penerapan dalam Pembelajaran
Untuk menerapkan 6 Facet Pemahaman dalam pembelajaran, guru dapat:
Mendesain tugas yang menantang: Memberikan tugas yang menuntut siswa untuk menjelaskan, menginterpretasi, dan menerapkan pengetahuan mereka.
Menggunakan berbagai sumber belajar: Memanfaatkan berbagai sumber seperti teks, gambar, video, dan pengalaman nyata untuk memperkaya pemahaman siswa.
Memfasilitasi diskusi: Menciptakan ruang bagi siswa untuk berbagi ide dan perspektif mereka.
Mendorong refleksi: Membantu siswa untuk merefleksikan proses belajar mereka dan menetapkan tujuan pembelajaran yang lebih tinggi.
Contoh Penerapan dalam Pembelajaran:
Penjelasan: Setelah mempelajari sejarah Perang Dunia II, siswa diminta untuk menjelaskan penyebab perang tersebut dengan menggunakan diagram sebab-akibat.
Interpretasi: Siswa diminta untuk menganalisis sebuah puisi dan menjelaskan makna simbol-simbol yang digunakan oleh penyair.
Aplikasi: Siswa diminta untuk merancang sebuah eksperimen untuk menguji suatu hipotesis dalam pelajaran sains.
Perspektif: Siswa diminta untuk berdebat tentang suatu isu kontroversial, dengan masing-masing siswa mewakili perspektif yang berbeda.
Empati: Siswa membaca novel tentang kehidupan seseorang dengan disabilitas dan diminta untuk menulis jurnal refleksi tentang pengalaman mereka
Pengenalan Diri: Siswa diminta untuk membuat portofolio yang berisi refleksi tentang perjalanan belajar mereka sepanjang semester.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar